Sering Dianggap Sepele, Hal-hal Ini Bisa Bikin Ban Rusak

Jakarta – Dalam berkendara, unsur keselamatan ada dua, yakni; manusia dan ban. Ban dinilai sebagai garda depan sebuah keselamatan berkendara mobil. Ban merupakan satu-satunya bagian dari mobil yang bersentuhan langsung dengan jalanan.
Tidak memelihara ban dengan baik, bisa disebut juga sebagai tindakan ‘membuka jalan celaka’. Memang banyak merek ban yang ada di Indonesia saat ini. Berbagai tipe dan kualitas bisa dengan mudah ditemukan di pasaran.
Ban yang baik tentu memiliki kualitas karet dan konstruksi yang bagus pula. Namun tidak sampai disitu saja, pemeliharaan dan perhatian pada ban menjadi kunci keselamatan berkendara juga.
Pada dasarnya, ban rusak hanya karena panas dan bahan kimia. Tapi ban rusak lebih cepat karena kebiasaan pengendaranya juga.
Misalnya tekanan angin yang tidak pas (terlalu rendah atau kencang), membiarkan batu terselip di ulir ban, hingga penggunaan pembersih ban yang sembarangan. Memang sepele, namun ternyata ban yang rusak karena hal-hal tersebut cukup banyak.
Tekanan Angin Kurang Pas
Sering kali kita menemukan bengkel atau tukang tambal ban yang sembarangan mengisi angin ketika kita minta. Sembarangan maksudnya tidak menggunakan alat ukur tekanan ban sama sekali.
“Itu sebenarnya bisa fatal. Siapa disini yang tidak pernah mendapati ban dalam melendung? Pasti pernah, kan?” ujar Fahrul Rozi selaku Customer Engineering Support Michelin Indonesia pada Senin (15/1).
“Lebih baik kita cari bengkel lain yang benar-benar pakai alat ukur tekanan angin,” terangnya.
Tidak pasnya tekanan angin ini dikhawatirkan akan membuat ban rusak. Jika angin terlalu sedikit maka permukaan ban yang menggilas jalan tentu tidak akan rata. Ban yang kekurangan angin tapi tetap dipaksakan jalan, akan membuat bagian pinggir ban lebih cepat tipis. Sedangkan angin yang terlalu kencang akan membuat bagian tengah ban jadi lebih cepat habis.
“Ban depan dan ban belakang juga harus dibedakan tekanan anginnya. Kalau misalnya untuk angkutan ringan seperti pikap, maka beban tentu banyak di belakang. Nah, ban belakang tekanan anginnya harus lebih kencang,” jelas Rozi.
Menurut Rozi, para pengendara mobil angkutan ringan dan pribadi masih kurang peduli dengan tekanan angin ini sehingga ban rusak lebih cepat. Tidak seperti angkutan berat (truk) yang memang selalu memeriksa tekanan ban mereka.
“Mungkin karena bannya lebih besar, jadi nggak mau ada masalah,” ujarnya.
Batu Dibiarkan Nyelip
Kita pun sering menjumpai batu ukuran kecil atau kerikil ‘nyelip’ di antara ulir ban. Batu yang dibiarkan itu jika dibiarkan terus menerus akan membolongi ban juga. Faktanya, ulir ban dibuat tidak benar-benar menjorok ke dalam, namun semakin dalam maka ruangnya akan semakin sempit.
“Konstruksi ulir ban seperti itu berfungsi agar benda seperti batu yang terselip dapat keluar dengan sendirinya. Kalau ternyata batu itu ada di hari-hari berikutnya, lebih baik segera dicongkel,” jelas pria ramah itu.
Batu yang terus-menerus menempel di sela ulir ban akan membuat ban rusak. Nantinya, batu tersebut akan melakukan proses ‘drilling’ akibat tekanan dari luar saat ban menggelinding. Lama kelamaan batu yang ada akan terus mengebor dan melubangi karet ban.
“Kalau dibiarkan bisa sampai bagian bead (kawat) yang mengikat ban ke velg,” tukas Rozi.
Salah Pembersih Ban
Pemilik mobil mana yang tidak mau melihat bannya kinclong? Ban yang mengkilap tentu membutuhkan perawatan dan pembersihan secara rutin. Tapi jangan sembarangan juga memilih bahan pembersihnya.
Saat ini banyak beredar pembersih ban yang menggunakan bahan kimia macam-macam. Padahal, kandungan kimia tersebut cukup berbahaya untuk kesehatan karet ban.
Bahan pembersih dari bahan dasar air adalah yang terbaik dibandingkan merek pembersih dengan bahan kimia yang macam-macam. “Ban itu memang enak kalau kelihatan bersih, tapi lebih baik menggunakan pembersih yang berbahan dasar air saja,” tutupnya.