Sejarah Berbicara, Kenaikan Harga BBM Tak Ganggu Penjualan Mobil
Jakarta — Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terjadi pada baru-baru ini diyakini tak akan mengganggu penjualan mobil di Indonesia. Hal tersebut berkaca dari sejarah dalam beberapa tahun ke belakang.
Demikian disampaikan Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), Kamis (15/9/2022) dalam kegiatan diskusi virtual bersama Forum Wartawan Otomotif (Forwot).
“Kita harapkan dari data-data sejarah seperti itu, kronologis seperti itu, kita harapkan kali ini pun tidak berpengaruh pada penjualan kendaraan bermotor,” katanya.
Sebelumnya, Kukuh menyampaikan kenaikan harga BBM di Indonesia bukan terjadi kali ini saja.
Ia memberi contoh kenaikan harga BBM yang terjadi dalam waktu berdekatan, yaitu pada 2003, 2004, dan 2005.
“Namun, di sepanjang tiga tahun itu kondisinya justru menarik karena kemudian penjualan kalau dilihat di grafik ini 2003, 2004, 2005 itu naik,” katanya..
“Kejadian ini berulang lagi di tahun 2012—2013 di mana ada kenaikan (harga) bahan bakar, namun di saat itu pun kalau kita lihat pertumbuhan ekonominya juga cukup bagus,” sambung Kukuh.
Kukuh pun menjelaskan pihaknya merasa optimis menghadapi situasi belakang ini karena adanya tren positif penjualan kendaraan-kendaraan komersial.
“Tidak mungkin mereka beli kendaraan komersial hanya untuk sekadar beli. Tentunya diperlukan untuk mendukung kegiatan ekonomi yang meningkat,” kata Kukuh.
Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Penjualan Mobil di Mata Akademisi
Pendapat sedana juga diutarakan oleh Dr. Esther Sri Astuti, Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance sekaligus dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Menurutnya, kenaikan harga BBM yang terjadi baru-baru ini tidak akan berpengaruh signifikan terhadap penjualan mobil atau sepeda motor di Indonesia.
Dirinya bahkan menilai pemerintah sudah melakukan langkah yang tepat terkait subsidi BBM.
“Saya sepakat subsidi untuk BBM harus dikurangi secara bertahap. Karena menurut saya subsidi BBM itu lebih untuk kegiatan konsumtif, harusnya lebih dialokasikan ke kegiatan-kegiatan yang produktif,” katanya.
Penulis: Mada Prastya
Editor: Dimas