Mobil Daihatsu Xenia Tidak Pernah Menyusahkan Saya
Makassar — Wujud eksterior Daihatsu Xenia berkelir hitam itu masih terbilang mulus untuk mobil seusianya. Tujuh belas tahun lalu mobil ini keluar dari diler untuk menjadi milik Hijaz Makka sang “tangan pertama”.
Sampai sekarang mobil ini masih menjadi kepunyaan pria pensiunan BUMN tersebut.
Bukan tak mampu ganti mobil baru yang lain. Bisa dibayangkan sendiri kesejahteraan seorang pegawai perusahaan pelat merah ketika masih aktif bekerja.
Namun, ia memilih setia dengan Multi Purpose Vehicle (MPV) ini sebagai kendaraan sehari-harinya selama belasan tahun.
“Mobil Daihatsu Xenia tidak pernah menyusahkan saya,” kata Hijaz yang pada siang itu duduk di atas kursi roda.
Perkataannya memang masuk akal. Xenia selama ini dikenal sebagai mobil yang bandel dan perawatannya gampang.
Ia juga menuturkan harga onderdil terjangkau dan jaringan bengkel resmi yang tersebar luas merupakan hal positif tersendiri dalam merawatnya.
Odometer Xenia milik Hijaz setidaknya menunjukkan angka 138 ribu kilometer. Setiap jengkal jarak tempuhnya menyimpan memori-memori spesial tentang perjalanan dirinya bersama keluarga.
“Saking sukanya, saya tidak ingin berpindah ke pilihan lain, karena Xenia ini punya banyak kenangan dalam menemani aktivitas saya sekeluarga, mulai dari anak saya masih kecil hingga sekarang sudah dewasa,” tuturnya.
Kesetiaan terhadap produk yang tumbuh di sisi konsumen rupanya tak luput dari perhatian PT Astra Daihatsu Motor (ADM).
Hal ini diwujudkan melalui apresiasi bernama Xetia with Xenia yang diberikan berbarengan dengan Kumpul Sahabat Daihatsu di Makassar, Minggu (6/10/2024). Hijaz menerima plakat penghargaan yang diserahkan Hidemasa Azuma, Marketing Director ADM.
Baca juga: Kumpul Sahabat Daihatsu Bawa Kemeriahan Bagi Warga Makassar
Rutin Servis di Bengkel Resmi
Memiliki mobil Daihatsu yang sama dalam jangka waktu lama bukan satu-satunya alasan Hijaz menerima apresiasi ini. Punya usut, Xenia-nya tersebut juga punya catatan servis rutin yang baik di diler resmi Daihatsu.
Hal itu menjadi kriteria yang dicari Daihatsu dalam memberikan apresiasi Xetia with Xenia. Selain hal penting lainnya, misal mobil digunakan untuk kebutuhan pribadi dan dalam kondisi orisinal.
“Kami sangat mengapresiasi kesetiaan dan kepercayaan pelanggan terhadap Xenia. Setiap pelanggan pastinya memiliki kisah unik tersendiri dengan mobilnya,” kata Rokky Irvanandi, Domestic Marketing Division Head ADM.
Hijaz bisa dibilang hanyalah segelintir dari ratusan ribu pengguna Xenia di Indonesia. Model MPV ini pertama kali meluncur pada 2004 yang kini penggunanya sudah mencapai sekitar 730 ribu menurut klaim Daihatsu.
Penjualannya sempat berjaya, tapi kini Daihatsu juga punya pilihan lain MPV 7-seater, yaitu Sigra. Bahkan mobil ini sekarang adalah salah satu tulang punggung penjualan Daihatsu menurut Rokky.
Merangkul Calon Pemilik Mobil Pertama
Dalam hal penjualan, Daihatsu tak menutupi produk-produknya menyasar konsumen yang bakal menjadi pemilik pertama kendaraan roda empat.
Kejelian Daihatsu membaca hal ini juga tercermin dalam Kumpul Sahabat di Makassar yang turut mengundang komunitas-komunitas sepeda motor.
Mereka diajak melakukan riding kemudian disuguhi macam-macam hiburan di lokasi kegiatan yang bertempat di Centre Point of Indonesia (CPI) Makassar ini.
Sudah barang tentu ada display mobil baru Daihatsu ditemani tenaga penjual yang siap melayani calon konsumen yang tertarik.
“Para pemilik pertama mobil itu sebelumnya pemilik motor. Suatu saat mereka akan naik kelas,” kata Rokky.
Dari kaca mata lebih luas, hal ini juga yang membuat Daihatsu urung terjun ke teknologi elektrifikasi kendaraan, setidaknya untuk pasar Indonesia saat ini.
Mobil hybrid atau Battery Electric Vehicle (BEV) yang naik daun belakangan dinilai lebih banyak dijadikan kendaraan kedua atau lebih oleh banyak konsumennya.
Sementara itu, konsumen Daihatsu masih lebih mementingkan hal-hal lebih esensial, misalnya, harga murah, irit bahan bakar, dan gampang perawatan.
Baca juga: Penjualan Ritel Daihatsu Tembus 117.358 Unit hingga Agustus 2024
Penulis: Mada Prastya
Editor: Santo Sirait