Hyundai Masih Fokus Baterai Nikel Ketimbang Lirik LFP
Jakarta — PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) mengaku masih fokus ke penggunaan baterai Nickel Manganese Cobalt (NMC) ketimbang memakai baterai jenis Lithium Ferro-Phosphate (LFP).
Hal ini disampaikan oleh Woojune Cha, President Director HMID di Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (6/2/2024).
Menurut Hyundai, baterai berbasis nikel atau NMC ini dinilai memiliki keunggulan dari segi kualitas dan juga jarak tempuh.
“Menyoal baterai, Hyundai Motor Company tetap berfokus ke baterai NMC karena dari segi kualitas lebih baik, jarak tempuh juga lebih baik,” ujar Woojune Cha.
Dirinya pun menuturkan baterai berbahan nikel juga memiliki kemampuan penyimpanan daya listrik yang lebih tahan lama dan tingkat kepadatan listrik tinggi.
Namun, ia tak menampik kalau baterai LFP lebih mudah dikembangkan, sedangkan NMC masih menjadi tujuan utama mereka untuk saat ini.
“Jadi untuk masa depan atau untuk pasar Indonesia, baterai NMC adalah goals utama. Memang LFP lebih mudah dikembangkan dan diproduksi,” sambungnya.
Alasan lain Hyundai masih menggunakan baterai nikel yakni faktor prinsipal yang masih mempercayakan teknologi tersebut untuk digunakan di line up mereka.
Langkah yang diambil oleh Hyundai tentunya merujuk pada strategi mereka yang diketahui sedang membangun pabrik baterai di Cikarang, Jawa Barat.
Pabrik baterai ini nantinya akan dibangun dan berada di bawah naungan PT Hyundai Energy Indonesia (HEI) yang pembangunannya sudah dimulai sejak 2023 lalu.
Untuk merealisasikan pembangunan pabrik, HEI bekerja sama dengan Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) dan Hyundai Mobis of Hyundai Motor Group.
Fasilitas tersebut nantinya akan menjadi yang pertama, terutama bagi pergerakan Hyundai di kawasan ASEAN.
Baterai NMC
Baterai NMC banyak digunakan oleh pabrikan mobil listrik karena menawarkan kepadatan energi yang lebih tinggi.
Itu artinya baterai ini bisa membawa mobil melaju lebih jauh dengan dimensi fisik baterai yang relatif lebih kecil.
Kelemahan baterai NMC antara lain memiliki stabilitas termal yang kurang baik.
Hal ini berhubungan dengan suhu temperatur baterai yang gampang panas bahkan disebut-sebut apinya sulit dipadamkan jika sampai terbakar.
Kelemahan lainnya ialah baterai NMC memiliki usia pakai yang relatif lebih pendek dengan estimasi 1.000—2.000 siklus pengecasan.
Baterai ini juga menggunakan bahan-bahan yang kurang ramah lingkungan, sepersi litium, kobalt, nikel, dan mangan.
Beberapa model kendaraan yang dilengkapi baterai NMC di antaranya Tesla Model Y, Tesla Model 3, Polestar 2, Volvo EX30, dan BMW iX3.
Baterai LFP
Sedangkan baterai LFP secara garis besar dikatakan mampu menawarkan harga yang lebih murah sehingga pada akhirnya juga dapat menekan harga mobil listrik itu sendiri.
Beberapa keunggulan baterai LFP menurut sumber yang Carmudi temui, antara lain memiliki siklus pengecasan lebih banyak, biaya produksi lebih murah, dan tingkat lebih rendah dari thermal runaway risk.
Sedangkan untuk kekurangannya antara lain memiliki kepadatan energi yang lebih rendah, sensitif terhadap perubahan suhu, dan masih tergantung juga pada litium.
Hadirnya baterai LFP disebut-sebut mampu mengatasi masalah pada baterai lithium ion terkait usia pakai dan aspek keselamatan.
Baterai LFP dikatakan memiliki siklus pengecasan hingga 3.000—5.000 sebelum akhirnya mengalami penurunan kemampuan dalam menyimpan energi listrik.
Pengecasan hingga penuh 100 persen tidak memiliki pengaruh pada kesehatan baterai LFP.
Hal ini memungkinkan pemilik mobil untuk dapat memaksimalkan jarak tempuh kendaraannya setiap kali melakukan pengecasan.
Bahkan pengecasan sampai penuh 100 persen secara rutin justru direkomendasikan untuk baterai LFP guna melakukan kalibrasi sel-sel di dalamnya.
Penulis: Rizen Panji
Editor: Dimas
Download Aplikasi Carmudi untuk Dapatkan Deretan Mobil Baru & Bekas Terbaik serta Informasi Otomotif Terkini!